Bernegara Apa Beragama?

Bernegara Apa Beragama? Suara Inqilabi, Nasrudin Joha
Suara Inqilabi - Tuan-tuan tentu perlu mengulik ulang, kenapa Islam musti mengatur negara. Kami, bahkan menentang pemisahan negara dari agama (Sekulerisme). Titik tolak diskusinya adalah pada soal akidah.

Tuan-tuan, jika tuan menganggap alam semesta, manusia dan kehidupan bersifat kekal, terwujud atas dasar materialisme, semua berasal dari materi, akan tetap ada dan abadi. Tidak ada peran Tuhan yang membuat atau mengaturnya, maka tuan tuan adalah penganut ideologi sosialisme dengan akidah atheisme. Karenanya, tuan-tuan merasa yakin bahkan merasa diatas petunjuk kebenaran, ketika tuan-tuan menjauhkan agama dari negara, agama dari kehidupan.

Bahkan, tuan-tuan menuding agama sebagai candu, penghalang kemajuan materi. Agama adalah dogma sesat yang hadir atas pikiran yang di khayalkan, dan bukan atas argumentasi empiris yang mampu dicerap oleh panca indera.

Tuan-tuan, jika tuan menganggap alam semesta, manusia dan kehidupan bersifat makhluk, ada pencipta atas segalanya, tetapi tuan tidak mau diatur oleh sang pencipta. Tuan ingin memisahkan agama dari negara (Sekulerisme), maka tuan pasti enggan diatur agama. Tuan merasa lebih hebat dari Allah SWT, karenanya tuan ingin mengatur hidup dengan aturan nafsu.

Tuan menggunakan demokrasi untuk menimbang kebajikan berdasarkan suara terbanyak yang dengan itu, tuan mengambil dan mengadopsinya sebagai UU untuk mengatur negara dan rakyat. Tentu, ini adalah akidah sekuler yang bertolak dari peradaban kapitalisme. Dan tentu saja, ini bukan ajaran Islam.

Tuan-tuan, jika tuan meyakini alam semesta, manusia dan kehidupan bersifat fana, terwujud atas dasar penciptaan Allah SWT, maka tuan menginsyafi sebagai makhluk yang penuh cela dan dosa. Karenanya, tuan membutuhkan bimbingan wahyu untuk mengatur kehidupan tuan, dari urusan pribadi, keluarga, bahkan hingga berbangsa dan bernegara.

Tuan membutuhkan Rasul, untuk menghubungkan tuan dengan Tuhan semesta alam, agar wahyu sampai kepada tuan. Itulah tuan, kenapa Allah SWT mengutus Muhammad SAW untuk menyampaikan wahyu kepada segenap umat manusia, untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.

Selain untuk kepastian kemaslahatan hidup di dunia, wahyu itu juga menjadi garansi tuan untuk hidup selamat di akherat. Inilah, titik krusial perbedaan Islam dengan sosialisme dan kapitalisme yang menegaskan kehidupan akherat adalah kehidupan yang sesungguhnya.

Tuan, bagi kami Islam adalah agama dan negara. Islam tak akan tegak, kecuali diterapkan oleh institusi negara. Nabi kami, Rasulullah SAW telah mencontohkan kepada kami bagaimana menegakkan Islam melalui entitas negara.

Para kulafaur Rasyidin, juga ittiba' kepada Rasulullah SAW dengan melanjutkan entitas negara untuk menjaga agama dan dunia, sebagaimana dicontohkan Rasul. Tanpa negara, agama hanyalah filsafat kehidupan yang bicara tentang kebajikan, tetapi tidak bisa wujud dalam kehidupan yang nyata.

Tuan, karena negara tidak hadir untuk menerapkan agama, tambang kami, yang menurut ajaran agama kami menjadi milkiyatul ammah (kepemilikan umum/ publik property) tidak memberi maslahat bagi kehidupan kami. Itulah sebabnya tuan, freeport masih terus bercokol menjajah negeri ini. Begitu pula Newmont, connoco, Philips, Exon mobile, Bakrie group, medko energi, dan semua entitas privat baik asing maupun domestik terus mengangkangi tambang di negeri ini.

Persoalan ini, tidak bisa selesai dengan kutak katik UU minerba, atau membuat permen berjuta kali. Konsep dasarnya, segala harta yang menurut syara' realitasnya adalah publik property (kepemilikan umum), maka harta-harta ini harus dikuasai dan dikelola oleh negara.

Karena agama tidak diterapkan oleh negara, agama kami terus dinistakan. Bahkan, untuk membungkam mulut busuk Ahok, kami harus berjubel di Monas sebanyak tujuh juta. Andai saja syariat Islam ditegakkan, urusan Ahok cukup diputuskan oleh seorang Qadli yang memutus perkara berdasarkan Al Qur'an dan as Sunnah.

Kerena syariat agama Islam tidak ditegakkan oleh negara, intervensi asing dan aseng yang memecah belah negeri ini tidak bisa diatasi. Kami, harus terus menjadi pihak tertuduh sekaligus menjadi korban. Setiap kerusakan yang disebabkan demokrasi, dituduhkan kepada Islam. Bukankah negeri ini menerapkan demokrasi ? Lantas, kenapa kerusakan narkoba, korupsi, perpecahan, dekadensi moral, terorisme, semuanya justru ditudingkan kepada Islam ?

Tuan, karena Islam dipisahkan dari negara militer negeri ini lemah. Mereka sebatas menjadi satpam, hanya penjaga malam. Tidak bisa produktif untuk mengemban dakwah dan melaksanakan jihad sebagaimana para pendahulu kami.

Jadi tuan, ringkasnya memisahkan agama dari negara dalam pandangan akidah Islam adalah penghinaan terhadap Allah SWT. Bagaimana mungkin manusia yang lemah ini menolak diatur oleh hukum Allah SWT ? Bagaimana mungkin, negara yang akan menjadi adi daya dengan menerapkan Islam justru dipinggirkan ?

Sekali lagi tuan, agama bukan perkakas negara. Agama disatukan dengan negara, agar negara berjalan berdasarkan wahyu, bukan taklid buta kepada hawa nafsu. [] Tulisan : Nasrudin Joha

Post a Comment

0 Comments